Blog > Artikel Digimar > 21 November 2025 • 18:19 WIB

Dari Warung ke Viral: Tiga Kisah Nyata Digital Marketing di Indonesia — dan Pelajaran untuk Bisnis Maju

Author Sekolah Digimar

cover thumbnail

Di sebuah gang sempit di kota besar, sebuah warung kecil pernah hanya dikenal tetangga sekitar. Di sisi lain kota, startup kopi yang dimulai di gerai pop-up kini muncul di peta kuliner nasional. Di ranah lebih luas lagi, platform e-commerce raksasa terus menguji batas-batas pemasaran digital. Tiga kisah berikut menunjukkan bagaimana strategi digital yang cerdas — bukan modal besar — mengubah nasib bisnis.

 

  1. Kopi Kenangan: Ketika Cerita Menjadi Bumbu Rahasia

 

Logo Animation Kopi Kenangan by Irawan ...

Permulaan yang Sederhana

Di awal kemunculannya, Kopi Kenangan bukanlah brand yang megah seperti sekarang. Ia lahir dari konsep sederhana: kopi berkualitas yang bisa dinikmati siapa saja, dengan harga yang masuk akal. Namun persaingan kedai kopi di Jakarta saat itu sangat ketat. Setiap sudut kota seperti sudah memiliki kedai kopi dengan branding kuat dan pelanggan setia.

 

Menemukan Cerita yang Menggugah

Alih-alih mengandalkan promosi besar, tim Kopi Kenangan memutuskan membangun karakter brand melalui cerita. Nama-nama menu mereka—seperti Kopi Kenangan Mantan, Kopi Lupakan Dia, hingga Teh Masa Lalu—bukan sekadar gimmick, tapi strategi digital marketing emosional.

Konten mereka di media sosial sarat akan humor, nostalgia, dan perasaan yang dekat dengan anak muda. Mereka bukan menjual kopi—mereka menjual perasaan.

 

Menembus Lini Masa

Dengan pendekatan konten ringan, video lucu, dan nama menu yang mudah dibagikan, Kopi Kenangan tumbuh cepat. Orang-orang membeli bukan hanya untuk minum kopi, tetapi untuk memotret, mengunggah, lalu bercerita.

Storytelling menjadi mesin pemasaran yang bekerja 24 jam.

 

Pelajaran dari Kopi Kenangan

 

  1. Tokopedia: Pertarungan Besar di Dunia Digital
Logo Tokopedia PNG, Free Toko Pedia ...

Tantangan Raksasa Hijau

Tokopedia adalah perusahaan besar hari ini, tetapi perjalanannya tidak selalu mulus. Mereka menghadapi dua tantangan besar:

Di dunia e-commerce, siapa yang lambat berinovasi akan segera tertinggal.

 

Mesin Pertumbuhan yang Disebut Digital Marketing

Tokopedia tidak hanya berfokus pada iklan. Mereka membangun ekosistem pemasaran digital:

Masing-masing strategi dirancang bukan hanya untuk mengundang pengunjung, tetapi mendorong transaksi berulang.

 

Konten Edukasi sebagai Investasi

Tokopedia juga menyadari bahwa banyak pengguna, terutama penjual baru, membutuhkan edukasi. Mereka membuat video panduan, webinar, dan komunitas seller. Strategi ini bukan hanya pemasaran — tapi cara membangun kepercayaan.

 

Pelajaran dari Tokopedia

 

  1. UMKM dan TikTok Shop: Keajaiban dari Konten 15 Detik

 

Penutupan Fitur Live TikTok Berdampak ...

Dari Etalase Kayu ke Layar Ponsel

Di berbagai daerah, banyak UMKM yang dulunya mengandalkan lapak kecil kini mulai menemukan jalan baru. Salah satunya sebuah usaha fashion rumahan yang kita sebut Sylviea Collection.

Awalnya, usaha ini hanya mengandalkan pembeli sekitar rumah. Modal terbatas. Tidak ada foto profesional. Tidak punya website.

Semua berubah ketika pemiliknya mencoba TikTok Shop.

 

Konten Apa Adanya yang Justru Mengena

Awalnya pemilik toko hanya membuat video sederhana:

Tidak ada kamera mahal, tidak ada studio. Namun ada ketulusan dan konsistensi.

Satu video sederhana—memperlihatkan cara pemilik melipat gamis sambil tersenyum—tiba-tiba meledak. Pesanan masuk dari berbagai kota.

 

Live Selling yang Mengubah Nasib

Fitur live menjadi titik balik. Dalam satu sesi live 45 menit, penjual dapat menjual lebih banyak daripada seharian menjaga toko fisik. Kepercayaan terbentuk karena pembeli bisa melihat produk secara real-time.

Konten yang natural mengalahkan iklan yang polesan.

 

Pelajaran dari UMKM Lokal

 

Benang Merah dari Tiga Cerita

Meski berbeda skala — dari startup kopi, marketplace raksasa, hingga UMKM rumahan — ketiganya memiliki kesamaan yang penting:

1. Mereka mengerti audiensnya.

Setiap langkah marketing diarahkan pada apa yang benar-benar diinginkan pelanggan.

2. Mereka bercerita, bukan hanya berjualan.

Cerita memicu perhatian, perhatian memicu interaksi, interaksi memicu loyalitas.

3. Mereka berani mencoba dan konsisten.

Tidak ada strategi yang langsung sukses. Setiap kampanye adalah eksperimen.

4. Mereka memanfaatkan kekuatan platform digital.

Instagram untuk storytelling, Google untuk pencarian, TikTok untuk spontanitas, dan marketplace untuk transaksi.

Artikel Terkait

Jadi Murid sekarang !

Investasi leher ke atas, serap ilmu perizinan agar mampu mengurus perizinan maupun jualan jasa perizinan